Monday, February 26, 2007

Saya penjaja kue semprong, bukan pengemis

Semalam saya keluar dari Ranch Market jam 8.30. Hujan
deras. Petugas Ranch Market setengah berlari mendorong
trolly berisi barang-barang belanjaan saya. Saya juga
berlari-lari kecil menjajari langkahnya menuju mobil.
Saya membukakan bagasi dan petugas memindahkan
barang-barang belanjaan saya. Seorang penjaja kue
semprong mendekati kami. Memang setahu saya banyak
penjaja kue semprong disana menjajakan barang
dagangannya dengan sedikit memaksa. Karena terlalu
biasa saya tidak mengacuhkannya, apalagi di hujan
deras seperti ini. Setelah memberikan tip saya masuk
mobil, namun masih saya dengar ucapan penjaja kue
semprong tersebut, ‘ Bu, beli kue semprongnya untuk
ongkos pulang ke Tangerang”. Didalam mobil saya
berpikir saya kasih uang saja karena penganan yang
saya beli di supermarket sudah cukup banyak, bagaimana
jika tidak ada yang menghabisnya. Nanti jatuhnya
mubazir.

Saya memang lebih suka dengan para penjaja kue seperti
ini ketimbang pengemis. Pelajaran berharga yang pernah
saya dapat dari mantan bos saya sembilan tahun lalu.
Masih teringat ucapannya ketika itu kami berdiskusi di
kantor. “Coba kalau ada penjaja makanan atau barang
dan pengemis dilampu merah mana yang kamu berikan
uang?, tanyanya. Belum sampai kami menjawab, ia
berkata lagi “ pasti yang kamu berikan uang si
pengemis itu dan penjaja makanan atau barang itu kamu
acuhkan”. Secara serempak kami mengiyakan. “coba
pikirkan lagi, si pengemis itu pemalas tidak bermoral,
kenapa kita kasih uang, sementara si penjaja makanan
ataupun barang punya harga diri, dan pastinya secara
pribadi lebih baik dari si pengemis, lalu kenapa kita
tidak membeli barang dagangan si penjaja makanan atau
barang tersebut? Teman saya nyeletuk,”karena kita ngga
butuh”. Mantan bos saya bergumam, “Ya betul karena
kita tidak butuh”.

Obrolan itu begitu singkat, tapi begitu mengena di
hati saya. Pak Teddy Sutiman membuka mata hati saya
untuk lebih bijaksana dalam melihat suatu persoalan,
bukan hanya berpikir praktis saja. Dan sejak itu saya
lebih memberi perhatian kepada para penjaja makanan
atau barang di jalanan dibandingkan para pengemis.

Penjaja jual kue semprong itu masih dengan setia
menanti disisi mobil saya. Saya menghela nafas. Bukan
karena tidak rela berbagi rejeki tapi karena menyesali
banyak sekali penganan yang sudah saya beli tadi.
Akhirnya saya membuka kaca, “ Pak, saya tidak mau beli
kue semprongnya, tapi kalau bapak saya beri uang mau
tidak?”. Tidak dinyana penjaja kue semprong itu
menggelengkan kepalanya dan pergi dengan cepatnya dari
sisi mobil saya. Saya tersentak dan menutup kaca
jendela, hujan mengguyur deras dan membanjiri sisi
kaca dalam mobil saya karena berbicara dengan si
penjaja kue semprong.

Beberapa detik saya kehilangan daya ingat saya, karena
tidak menyangka ucapan yang keluar dari penjaja kue
semprong tadi. Sembilan tahun saya telah lebih memberi
perhatian kepada para penjaja makanan ataupun barang
dibanding pengemis. Sesekali jika saya tidak butuh
barang mereka, selalu saya ucapkan kalimat tadi, dan
hampir semuanya tidak pernah menolak pemberian saya.
Baru kali ini ada yang menolaknya. Baru kali ini …..

Hujan mengguyur makin deras dan saya masih terpaku di
mobil, terbayang ucapannya “ untuk ongkos pulang ke
Tangerang..” sementara total nilai belanjaan saya tadi
mungkin bisa untuk ongkos pulang Bapak penjaja kue
semprong selama tiga bulan. Tersentak saya
mencari-cari bayangan penjaja kue semprong ditengah
kabut dari derasnya hujan, terlihat pikulannya ada di
pinggir teras sebuah toko tutup. Penjajanya duduk
dibawah dengan muka pasrah. Saya mundurkan mobil
menuju kearahnya. Kembali saya buka kaca jendela
sebelah kiri ditengah guyuran hujan dan menjerit,’
Pak, memang harganya berapa ?”. Ia menyebutkan
sejumlah harga yang sangat murah. Akhirnya saya
katakan,” ya sudah deh beli satu”. Dia mebawa kue
semprong pesanan saya didalam plastik. Sampai di
mobil,” saya serahkan uang, dan dia bengong karena
saya tidak menyerahkan uang pas. Saya tau dia pasti
bingung memikirkan kembaliannya, tapi dengan cepat
saya katakan, “kembaliannya ambil buat Bapak saja”.
Dia bengong. “ambil saja Pak, ini rejeki Bapak, memang
hak Bapak”. Dia meneguk ludah, sebelum sempat dia
mengucapkan apa-apa saya langsung menutup kaca mobil
dan pergi.

Tiba-tiba air mata ini mengalir deras melebihi
derasnya hujan diluar sana. Kalau Bapak itu tidak
menerimanya, saya tidak tahu seberapa sakitnya hati
saya, karena didalam rejeki saya ada hak mereka
termasuk hak Bapak penjaja kue semprong itu. Tiap
bulan memang selalu saya sisihkan buat mereka, tapi
mengetahui bahwa saya telah memberikan betul- betul
kepada orang yang berhak menerimanya, betul betul
kepada orang yang berhati mulia, dan betul- betul
kepada orang yang membutuhkannya, betul- betul membuat
saya merasa hidup saya begitu bermakna dan saya sangat
bersyukur atas rahmat-Nya.

Ditengah leher saya yang sakit sekali karena tercekat,
saya berdoa kepada Allah agar Bapak penjaja kue
semprong tersebut dan keluarganya diberikan rahmat,
kemurahan rezeki dan kemudahan hidup oleh Allah. Dan
saya bersyukur atas segala rahmat dan kemudahan hidup
yang diberikan Allah kepada saya dan keluarga saya.

Hujan masih deras mengguyur kaca mobil. Mudah-mudahan
hujan cepat reda supaya bapak penjaja kue semprong
tadi bisa pulang tanpa kehujanan. (ldf 30/7/06)
Menanam Watak

Seorang Raja yang sudah tua memakai cara unik untuk mencari calon
penggantinya. Suatu hari pemuda dari seluruh pelosok negeri
dikumpulkan di balai pertemuan istana, masing-masing diberi sebutir
benih tanaman.

"Anak-anakku sekalian, aku akan memilh penggantiku dari antara
kalian. Benih yang sudah kalian terima akan menentukan masa depan
kalian. Sekarang pulanglah, semaikan-lah benih tersebut. Tahun
depan, kembalilah kesini dan tunjukkan hasilnya".

Joni bergegas pulang. Benih tersebut disemaikan dalam sebuah pot.
Setiap hari ia rajin menyiram dan memberi pupuk. Hari demi hari
berlalu. Bulan demi bulan lewat sudah. Namun, benih tersebut tak
kunjung bersemi. Keadaan ini membuat Joni frustrasi. Sementars
tenggang waktu setahun sudah habis. Kalau tidak dibujuk oleh Ibunya,
ia nyaris tak mau kembali ke istana, "Nak, kau tidak perlu malu.
Kamu sudah melakukan apa yang diperintahkan kepadamu. Laporkan
kepada raja dan bilang secara jujur hasilnya".

Kekhawatiran Joni benar terjadi. Ketika sampai istana, ia kaget
melihat begitu banyak tumbuhan hasil persemaian teman-temannya. Joni
minder dan sedih. Raja berkeliling me-meriksa satu demi satu tanaman
yang dibawa para pemuda. "Hei, kamu yang bersembunyi dibelakang,
kemarilah". Sambil menenteng pot kosong, Joni maju ke depan diiringi
cemooh pemuda pemuda lain.

Tak dinyana Sang Raja membungkuk memberi hormat kepada Joni seraya
berkata, "Setahun yang lalu saya memberi kalian masing-masing
sebutir benih kering yang sama sekali takkan bisa tumbuh. Kini
berbagai jenis tanaman berkumpul disini. Diantara kalian hanya Joni
satu-satunya yang dengan jujur berani membawa potnya yang kosong dan
siap menerima cemooh dan celaan. Integritas semacam inilah yang
menunjukkan kemuliaan hati seseorang. Dialah yang terpilih jadi Raja
Baru!".

Sumber: Menanam Watak oleh Yustinus Sumantri Hp.,SJ
Bom Bali

'Teroris Muslim' Hanyalah Rekayasa Dinas Inteligen


Militer Indonesia yang korup - yang mendalangi serangan Bom Bali, diduga
kuat didanai oleh Dinas Inteligen Barat.

Publik Australia dibuat terhenyak dan terperangah minggu lalu, mengetahui
bahwa kemungkinan 88 warga Australia yang menjadi korban pembantaian di Bom
Bali I, hanyalah korban perbuatan licik untuk menciptakan histeria
anti-muslim di antara publik Australia, dengan tujuan agar publik Australia
menyetujui pengiriman pasukan Australia untuk peperangan Bush di Iraq.

Bukti-bukti tak terbantahkan dari siaran dokumenter SBS-TV Australia,
adalah berupa wawancara dengan mantan Presiden Indonesia yang menyatakan
dengan yakin bahwa militer dan polisi Indonesia-lah yang mendalangi Operasi
Bom Bali!

Hal ini menyudutkan rakyat Australia pada dilema yang sangat membingungkan.
Kita diharuskan memilih salah satu di antara dua pilihan tentang siapa yang
menyatakan fakta dan kebenaran : para politikus Australia atau mantan
presiden Indonesia ( yang publik Australia telah mengakui kejujurannya).

6 orang Australia yang telah menyaksikan siaran dokumenter ini, mereka
semua setuju bahwa bila mereka diharuskan memilih, mereka akan mempercayai
apa yang dinyatakan oleh mantan presiden Indonesia daripada pernyataan para
politisi Australia.

Saat ini, kita mulai mengetahui bahwa sebagian besar insiden-insiden
internasional terkait dengan Dinas Inteligen Barat. Saya masih ingat pada
artikel yang pernah membuat heboh tentang mobil amerika yang secara
misterius dicuri, kemudian diketemukan di Irak sedang dipersiapkan untuk
'bom bunuh diri'. http://www.aljazeera.com/

Siapa yang mau repot-repot mengirimkan mobil-mobil ini menempuh perjalanan
panjang dari amerika ke Irak? Yang pasti bukan 'muslim teroris' , dimana
mereka bisa dengan mudah mencuri mobil-mobil di Eropa atau di Timur Tengah
sendiri.

Masih segar dalam ingatan kita, bagaimana dua orang anggota SAS Inggris
tertangkap basah di Basra, sedang mengendarai mobil yang dipasangi jebakan
bom. http://www.rense.com/general67/boobie.htm

Kita juga menjadi tahu bahwa dua orang pasukan komando amerika tertangkap
basah sedang menyiapkan bom mobil bunuh diri di kota Baghdad.
http://iraqwar.mirror-world.ru/

Kasus-kasus tersebut hanyalah merupakan 'puncak gunung es di lautan'
daripada kebohongan dan pembantaian. Ada lebih banyak lagi laporan-laporan
serupa oleh media massa internasional. Tidak akan mengejutkan bila sebagian
besar kasus bom bunuh diri yang terjadi di Irak adalah hasil pekerjaan
tangan-tangan kotor Dinas Inteligen ...Israeli, US, British... untuk
menciptakan horor dan kesengsaraan untuk melanggengkan cengkeraman mereka
atas minyak di Irak.

Sekarang, akhirnya, semua kartu telah 'terbuka ', semuanya menjadi sangat
jelas dan masuk akal.

Fakta yang sangat menyedihkan di negara-negara muslim - politisi korup
telah mengontrol semuanya. Jika para penguasa negara muslim memilih untuk
hanya diam saja selama bertahun-tahun berselang dan selalu menjadi budak
yang taat bagi pihak barat, dengan imbalan sejumlah keuntungan
uang/kekayaan jangka pendek. Maka inilah masalah nyata sebenarnya yang
sangat-sangat menakutkan.

Para pemimpin Muslim tahu dari sejak awal bahwa peristiwa 9/11 adalah hasil
tangan kotor pihak pemerintah amerika, tapi tak seorangpun dari mereka
berani menentang usaha-usaha untuk menciptakan penyebaran kebencian melawan
kaum muslim ini. Tidak hanya itu, mereka malah ikut berpartisipasi dan
membantu skenario 9/11 (Bush mengungsikan seluruh keluarga kerajaan Saudi
keluar dari amerika pada peristiwa 9/11 itu - walaupun saat itu ada
larangan semua penerbangan di atas langit amerika).

Sejak peristiwa 9/11, dan kemudian terjadinya pembunuhan Dr. Kelly, para
pembaca berita yang pandai semestinya mulai mengetahui bahwa kehidupan di
dunia modern ini dikontrol secara ekslusif oleh Dinas Intelijen Barat.

Seluruh omong kosong tentang 'demokrasi' telah dimonopoli oleh para
propaganda garis depan seperti misalnya Condi, CNN, Fox 'news' dan BBC
(British Bullshit Corporation).
http://www.geocities.com/subliminalsuggestion/olson.html

Publik Australia seharusnya mulai menyatakan sikap ats politisi-politisi
mereka yang membodohi, kurang informasi dan selalu di bawah tekanan
amerika. Setiap rakyat Australia harus mulai sadar bahwa mereka sekarang
sedang digiring ke dalam kancah perang dunia III. Yaitu pihak Barat melawan
dunia islam + China + Russia.

Banyak-banyak terima kasih atas keberanian dan kejujuran para jurnalis
SBS-TV-Australia, yang membuat siaran dokumenter ini sekali dalam seumur
hidup, yang bisa menjungkir balikkan sejarah kita. Dan sungguh tidak tahu
malu engkau para jurnalis amerika!!!!!


TV-Dokumentasi Australia : "Bom Bunuh Diri" bali Adalah hasil Tangan Kotor
INTEL

Pada sebuah siaran dokumenter SBS-TV Australia - dengan judul "Inside
Indonesia's War on Terror" - pada 12 Oktober, mantan presiden Indonesia -
menyatakan tuduhan dengan serius bahwa Polisi atau Militer Indonesia ada di
belakang bom Bali.

Di website SBS-TV ( link
http://news.sbs.com.au/dateline/index.php?page=archive&daysum=2005-10-12# )
tulisan tentang cerita ini tidak bisa lagi di akses sekarang. Ada
pernyataan - "This transcript is currently unavailable". Tapi artikel itu
masih bisa dibaca di globalreseach.ca dengan judul "Inside Indonesia's War
on Terror".

Juga kita bisa mendapati pernyataan-pernyataan di RENSE.COM seperti di
bawah ini :
* 1. ...Juga di acara itu, para jurnalis dan pengamat Indonesia
menyatakan, dengan yakin dan tanpa ragu-ragu, bahwa 'Organisasi Teroris
Muslim' itu TIDAK PERNAH ADA berbeda dengan yang selalu digambarkan oleh
pemerintah Indonesia - mereka itu adalah rekayasa yang diciptakan dan
dikoordinir oleh para provokator yang terkait dengan militer Indonesia.
* 2. Lebih lanjut mereka juga menyatakan bahwa militer Indonesia sudah
sangat korup dan para jendral dan politisi mengalihkan dalam jumlah besar
uang yang diterima sebagai dana bantuan 'perang melawan terorisme' -
terorisme yang pada kenyataannya adalah rekayasa mereka sendiri.
* 3. Setelah membaca/menonton siaran dokumenter tersebut, anda akan
memandang dunia ini dengan pandangan berbeda. Kebohongan , rekayasa 'perang
melawan terorisme' di Indonesia telah terungkap sepenuhnya dengan jelas.
Bayangkan berapa banyak negara dan pemerintahan di seluruh dunia ini yang
juga terlibat di dalam kebohongan dan rekayasa 'perang melawan terorisme',
yang ironisnya itu memberikan keuntungan finansial secara pribadi kepada
para pemimpin politisi dan militer....

Sumber Berita Terkait :

1. Who was Behind the 2002 Bali Bomb Attack?
http://www.globalresearch.ca/index.php?context=viewArticle&code=CHO20051014&articleId=1081

2. Inside Indonesia's War on Terror
http://www.globalresearch.ca/index.php?context=viewArticle&code=20051014&articleId=1085

3. War Propaganda
http://globalresearch.ca/articles/CHO301A.html

4. Fabricating an Enemy
http://www.globalresearch.ca/articles/CHO301B.html

5. Mossad links to Bali Slaughter
http://66.249.93.104/search?q=cache:2HWoBqPiMpAJ:sydney.indymedia.org/front.php3%3Farticle_id%3D21524%20kopassus%20mossad%20&hl=en&gl=uk&ct=clnk&cd=2

===
Who is More Clever?

Ketika seorang pengusaha sedang memotong rambutnya pada tukang cukur yang berdomisili tidak jauh dari kantornya, mereka melihat ada seorang anak kecil berlari-lari dan melompat-lompat di depan mereka. Tukang cukur berkata, "Itu Bejo, dia anak paling terbodoh di dunia". Pengusaha itu kemudian bertanya "Apa iya?". Tukang cukur dengan bersemangat "Mari... saya buktikan!" Lalu, dia memanggil si Bejo, tukang cukur itu merogoh kantongnya dan mengeluarkan lembaran uang Rp 1000 dan Rp 500, lalu ia memanggil bejo dan berkata, "Bejo, kamu boleh pilih dan ambil salah satu uang ini, terserah kamu mau pilih yang mana, ayo nih!". Bejo pun melihat ke tangan Tukang cukur dimana ada dua lembaran uang Rp 1000 dan Rp 500, lalu dengan cepat tangannya bergerak mengambil lembaran uang Rp 500.

Tukang cukur dengan perasaan benar dan menang lalu berbalik kepada sang pengusaha dan berkata, "Benar kan yang saya katakan tadi, Bejo itu memang anak terbodoh yang pernah saya temui. Sudah tak terhitung berapa kali saya lakukan tes seperti itu tadi dan ia selalu mengambil uang logam yang nilainya paling kecil".

Setelah sang pengusaha sudah selesai memotong rambutnya, di tengah perjalanan pulang dia bertemu dengan Bejo. Karena merasa penasaran dengan apa yang dia lihat sebelumnya, dia pun memanggil Bejo lalu bertanya "Bejo, tadi saya sewaktu tukang cukur menawarkan uang lembaran Rp 1000 dan Rp 500-an, saya lihat kok yang kamu ambil, uang yang Rp 500, kenapa tidak ambil yang Rp 1000, nilainya kan lebih besar dan dua kali lipat dari yang Rp 500.

Si bejo kemudian melihat dan memandang wajah sang pengusaha, ia agak ragu-ragu untuk mengatakannya. "Ayo beritahu saya, kenapa kamu ambil yang Rp 500," desak sang pengusaha. Akhirnya si Bejo pun berkata, "Kalau saya ambil yang Rp 1000, berarti permainannya akan selesai............"

Moral of the story:
Never judge a book from its cover, The story may be different from what
you may think of.
Sebuah Ciuman Selamat Tinggal

By Thomas Charles Clary

Rapat Direksi baru saja berakhir. Bob mulai bangkit berdiri dan menyenggol
meja sehingga kopi tertumpah keatas catatan-catatannya.
"Waduhhh,memalukan sekali aku ini, diusia tua kok tambah ngaco.."
Semua orang ramai tergelak tertawa, lalu sebentar kemudian, kami semua
mulai
menceritakan
Saat-saat yang paling menyakitkan dimasa lalu dulu.
Gilirannya kini sampai pada Frank yang duduk terdiam mendengarkan kisah
lain-lainnya.

"Ayolah Frank, sekarang giliranmu. Cerita dong, apa saat yang paling tak
enak bagimu dulu." Frank tertawa, mulailah ia berkisah masa kecilnya.



"Aku besar di San Pedro. Ayahku seorang nelayan, dan ia cinta amat pada
lautan. Ia punya kapalnya sendiri, meski berat sekali mencari mata
pencaharian di laut. Ia kerja keras sekali dan akan tetap tinggal di laut
sampai ia menangkap cukup ikan untuk memberi makan keluarga. Bukan cuma
cukup buat keluarga kami sendiri, tapi juga untuk ayah dan ibunya dan
saudara-saudara lainnya yang masih dirumah."



Ia menatap kami dan berkata, "Ahhh, seandainya kalian sempat bertemu
ayahku.
Ia sosoknya besar, orangnya kuat dari menarik jala dan memerangi lautan
demi
mencari ikan. Asal kau dekat saja padanya, wuih, bau dia sudah mirip kayak
lautan. Ia gemar memakai mantel cuaca-buruk tuanya yang terbuat dari
kanvas
dan pakaian kerja dengan kain penutup dadanya. Topi penahan hujannya
sering
ia tarik turun menutupi alisnya. Tak perduli berapapun ibuku mencucinya,
tetap akan tercium bau lautan dan amisnya ikan."



Suara Frank mulai merendah sedikit.



"Kalau cuaca buruk, ia akan antar aku ke sekolah. Ia punya mobil truk tua
yang dipakainya dalam usaha perikanan ini. Truk itu bahkan lebih tua
umurnya
daripada ayahku. Bunyinya meraung dan berdentangan sepanjang perjalanan.
Sejak beberapa blok jauhnya kau sudah bisa mendengarnya. Saat ayah bawa
truk
menuju sekolah, aku merasa menciut ke dalam tempat duduk, berharap semoga
bisa menghilang. Hampir separuh perjalanan, ayah sering mengerem mendadak
dan lalu truk tua ini akan menyemburkan suatu kepulan awan asap. Ia akan
selalu berhenti di depan sekali, dan kelihatannya setiap orang akan
berdiri
mengelilingi dan menonton. Lalu ayah akan menyandarkan diri ke depan, dan
memberiku sebuah ciuman besar pada pipiku dan memujiku sebagai anak yang
baik. Aku merasa agak malu, begitu risih. Maklumlah, aku sebagai anak
umur
dua-belas, dan ayahku menyandarkan diri kedepan dan

menciumi aku selamat tinggal!"



Ia berhenti sejenak lalu meneruskan, "Aku ingat hari ketika kuputuskan aku
sebenarnya terlalu tua untuk suatu kecupan selamat tinggal. Waktu kami
sampai kesekolah dan berhenti, seperti biasanya ayah sudah tersenyum
lebar.
Ia mulai memiringkan badannya kearahku, tetapi aku

mengangkat tangan dan berkata, 'Jangan, ayah.' Itu pertama kali aku
berkata
begitu padanya, dan wajah ayah tampaknya begitu terheran.

Aku bilang, 'Ayah, aku sudah terlalu tua untuk ciuman selamat tinggal.

Sebetulnya sudah terlalu tua bagi segala macam kecupan.'

Ayahku memandangiku untuk saat yang lama sekali, dan matanya mulai basah.

Belum pernah kulihat dia menangis sebelumnya. Ia memutar kepalanya,
pandangannya menerawang menembus kaca depan. 'Kau benar,' katanya.

'Kau sudah jadi pemuda besar......seorang pria. Aku tak akan menciumimu
lagi.'"



Wajah Frank berubah jadi aneh, dan air mata mulai memenuhi kedua matanya,
ketika ia melanjutkan kisahnya. "Tidak lama setelah itu, ayah pergi
melaut
dan tidak pernah kembali lagi. Itu terjadi pada suatu hari, ketika
sebagian
besar armada kapal nelayan merapat

dipelabuhan, tapi kapal ayah tidak.Ia punya keluarga besar yang harus
diberi
makan.

Kapalnya ditemukan terapung dengan jala yang separuh terangkat dan
separuhnya lagi masih ada dilaut.Pastilah ayah tertimpa badai dan ia
mencoba
menyelamatkan jala dan semua pengapung-pengapungnya."



Aku mengawasi Frank dan melihat air mata mengalir menuruni pipinya.



Frank menyambung lagi, "Kawan-kawan, kalian tak bisa bayangkan apa yang
akan
kukorbankan sekedar untuk mendapatkan lagi sebuah ciuman pada
pipiku....untuk merasakan wajah tuanya yang kasar......untuk mencium bau
air
laut dan samudra padanya.....untuk merasakan tangan dan lengannya
merangkul
leherku. Ahh, sekiranya saja aku jadi pria dewasa saat itu. Kalau aku
seorang pria dewasa, aku pastilah tidak akan pernah memberi tahu ayahku
bahwa aku terlalu tua 'tuk sebuah ciuman selamat tinggal."



Semoga kita tidak menjadi terlalu tua untuk menunjukkan cinta kasih
kita.....